Sebenarnya untuk kebaikan diriku sendiri
”Rabb..maafkan aku atas sedikitnya amal kebaikanku..
ampuni aku atas banyaknya maksiatku..” suara seorang ma’mum berdo’a.
Suaranya pelan. Tapi masih bisa terdengar dari belakangnya. Dia tak sadar
mungkin adanya diriku.
”Rabb..ku ucapkan syukur sebanyak banyaknya..”
kemudian suaranya lebih pelan. Terdengar kalimat tahmid. Alhamdulillah.
Entah berapa kali ia ucapkan.
”...Karena Engkau masih menaruh jiwa ku hari ini,
mendetakkan jantungku, juga meniupkan napasku, dan tentu tak dapat ku sebut
semua..”
kemudian...Yang membuat aku dan dia kenal.
”Rabb..mohon ampuni aku yang tak mengindahkan perintah
dan laranganMu. Padahal itu baik untukku..”
”Rabb..mohon ampuni aku yang tak mengindahkan perintah
dan laranganMu. Padahal itu baik untukku..”
kalimat yang kemudian membuka percakapan ku dengan nya.
Setelah ia selesai berdo’a aku pun menyalaminya.
Sambil kusambut tangan, ku lemparkan senyum bagi saudaraku itu. Dan tak ku
lepas tangannya hingga ia melihatku. Kemudian kusebut namaku, dan ternyata
namanya Hanif.
Ku minta izin boleh bertanya tentang do’anya, terutama yang terakhir tadi,
perintah dan laranganNya adalah baik untuk kita. Dan minta ia bersedia berbagi.
Mulailah percakapan kami.
”kamu punya motor?” tanyanya
”iya punya..”
”sering pake helm?” lanjutnya
”kagak, panas ’n pengap sih..” jawabku enteng.
Kemudian dia bercerita tentang baliho Polantas.
”Di sebuah jalan besar. Di sebuah kota di Jawa Barat.
Terpampang besar baliho dari Polantas.
GUNAKANLAH HELM UNTUK KESELAMATAN ANDA
pesan baliho itu. Ditulis besar dan dicetak tebal..” tegasnya.
”dulu aku berpikir, sama seperti kamu, pake helm panas,
gerah en pengap. Lalu mengapa juga
Polantas ngatur-ngatur kita punya kepala. Kepala kita ini. Harus pake helm SNI
lah..ini lah itu lah. Ribet! ” ucapnya dengan cepat dan jelas
”Hingga suatu waktu aku dapat kabar dari bahwa seorang
temanku meninggal. Kamu tahu kenapa?”
”tabrakan motor” tebak ku
”iya..benar. tabrakan motor. Dan temanku itu pake
helm..meninggal”
aku terdiam.
”Almarhum temanku itu menabrak truk karena truk rem
mendadak. Kemudian dia terpental ke trotoar. Helmnya lepas..dan kepalanya
terbentur keras, Pecah! Sedangkan jasadnya masih utuh. Ternyata setelah ditelusuri,
almarhum tidak mengikat helmnya. Dari sana, aku sadar. Ternyata menggunakan
helm adalah untuk kebaikan kita sendiri. Menggunakan helm dengan benar untuk
kita sendiri. Pak Polantas sudah baik mengingatkan kita. Bukan untuk kebaikan
Polantas. Tapi, untuk kita. Kitalah yang sering buruk sangka pada Polantas.
Seperti itu pula perintah Allah dan laranganNya. Allah SWT Maha Kaya. Alam
ini dan semua isinya kan milik Allah. Apa Dia perlu ibadah kita? Apa
kekuasaanNya berkurang karena kita tidak ibadah atau kita terus berbuat
maksiat?
Tidak! Malah, kitalah yang akan rugi” tegasnya.
Membuat aku agak terperanjat.
***
Allah perintahkan kita berbuat baik. Saling berbagi rezeki. Itu baik buat
kita. Karena orang akan senang dengan kita. Kita akan dihormati oleh orang lain.
Bisa jadi orang yang kita kasih akan membalasnya. Kalau pun tidak. Orang lain
yang akan balas. Kalau pun tidak dibalas orang lain. Pasti dibalas diakhirat.
Allah pun menyuruh kita untuk jujur dan amanah. Dan itu baik untuk kita.
Bayangkan, jika Anda terkenal jujur dan amanah...
Anda dengan sangat mudah mendapatkan apapun. Karena Anda sudah terpercaya.
Sholat, setelah diteliti, saat sujud membuat aliran darah
lancar ke otak. Karena saat berdiri, ada bagian otak yang tak terkena darah.
Belum lagi saat takbir. Allahu Akbar! Saat itu bila dihayati, kita sedang
menghadapi Dzat Maha Besar. Maka sebesar apapun masalah kita. Ada Dzat Maha
Besar yang menunjukkan kita.
Allah larang kita minum minuman keras karena dapat merusak
kita. Akal dan jiwa kita. Lagi pula ngapain minum minuman itu banyak minuman
lain yang segar dan menyehatkan.
Intinya...semua
perintah dan laranganNya adalah untuk kebaikan kita. Sekali lagi. Allah Maha
Kaya.
Comments
Post a Comment