Harusnya..dan Memang Seharusnya


”hancur..hancur..#$?%!” kesal Irfan seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri sambil ucap kata-kata tak bermahasiswa
”kenapa si Lo? Biasa aja kali..gue aja dapat D, harus ngulang biasa aja..” timbal Marcel santai sambil kasih lihat nilai ujiannya.
”ah rencana gue gagal” dia memegang kepala. Ingin rasanya mencabut semua rambut dikepala. Juga ingin rasanya membanting dia punya kepala karena merasa bodoh.
Marcel lebih santai, dia sih merasa wajar dia dapat D dan harus ngulang. Dia pikir wajarlah dia ngulang. Berusaha maksimal sudah. Sebenarnya marcel juga menyalahkan diri sendiri karena dia belajar dengan SKS (sistem kebut semalam).
”Tapi, ya udahlah...salah kita sendiri” nasehatnya pada Irfan.
”ya udahlah gimana? Malu tau...malu!” kesal irfan meremas hasil ulangannya.
”ye..Lo, kan salah kita sendiri, gue pikir ya uda sih, Lo kesal sekarang juga ngga ada gunanya, nilai kita ngga kan bisa berubah. Apalagi Lo tau sendiri dosennya killer gitu, mana mau ada protes!” balas Marcel. Dia kasihan nglihat irfan karena kemarin irfan baru kena musibah ayahnya meninggal. Dia takut irfan stress.
”bukan itu Sel.. gue malu sama Heru..”
”Heru? Mang kenapa?” selidik Marsel.
”Lo ngga usah malu kali sama dia, dia mah memang uda pinter dari sononya. Lagi pula ud biasa dia dapat nilai A. Uda ngga aneh kaleee..” terusnya.
”nah justru yang aneh tuh kita sel!”
”maksud Lo apain sih Fan?”
”Lo ingat kan waktu tempo hari, kita maen kerumah Heru?”
”iye, kenapa emang?” jawab Marcel ngga mau pusing
”coba cerita ma gue, apa yang Lo ingat dari rumahnya dia?”
”ya gue tau rumahnya kecil, dindingnya bilik, lantainya semen, dan ada kursi jebol terus tambah jebol ma Lo karena Lo dudukin..”
Canda Marcel supaya sedikit cair suasana. Belum pernah dia liat sohibnya begitu seriusnya cerita.
”apa lagi?”
”Ya.. itu doank yang gue liat dan gue inget..” balas Marcel santai
”bukan itu doank Sel, dia tuch ga punya buku diktat kuliah, dia juga ga punya komputer, dan dia tinggal hanya dengan ibunya. Bapaknya juga uda meninggal. Itu yang bikin gue malu..”
”terus Lo malunya dimananya?”
”saat orang tua gue lengkap, komputer pun gue punya, buku diktat dan semua bahan kuliah gue ada..tapi..”
”semua itu ga berbanding lurus, ngga sejalan, ngga ngdukung dengan prestasi gue!” teriak Irfan sedikit. Dia masih memegangi kepalanya. Dia begitu merasa bersalah, tak berguna.
”bahkan, almarhum bapak gue aja belum pernah liat gue berprestasi atau buat dia bangga punya anak kaya gue..”
”padahal gue punya fasilitas..orang tua gue lengkap,  duit buat jajan selalu ada, buat SPP ga pernah telat..”
”sedangkan Heru..”
”Lo tau kan, bapaknya uda ga ada, bayaran SPP kita sering nalangin buat dia, buku dia ga punya, dia cuma pinjam dan catat buku kita..”
”ini yang buat gue malu sel..”
Marsel ga bisa bilang apa-apa. Dia pun mengerti apa yang dimaksud sohibnya. Harusnya orang yang punya fasilitas lebih prestasinya lebih baik daripada orang yang ga punya fasilitas. Mudahnya, orang yang punya motor seharusnya tidak pernah telat dibandingkan orang yang berjalan kaki.
”ok bro..gue ngerti, klo gitu mulai sekarang, kita belajar lebih giat, kita bisa lebih baik, kita juga belajar dari Heru.”
 ***
Bangunlah saudara saudariku, sadarlah!
Harusnya, ada perbedaan prestasi antara mahasiswa yang memiliki laptop dengan yang tidak memiliki laptop. Bukankah mahasiswa yang memiliki laptop dapat mengetik dan membuat banyak tulisan. Dari segi tulisan, mahasiswa yang punya laptop harusnya bisa membuat lebih banyak dibanding yang tidak punya. bahkan jika bosan, bisa langsung merehatkan diri melalui musik dan kemudian meneruskan lagi penulisan. Kemampuan bahasa inggris orang yang memiliki laptop harusnya lebih baik daripada yang tidak karena ia dapat menyetel video pelajaran bahasa inggris, listening lagu bahasa inggris. Harusnya..
Harusnyalah, hafalan dan kemampuan membaca Al-Qur’an kita dapat lebih baik daripada orang yang tidak memiliki fasilitas musik di Handphonenya. Bukankah kita bisa menyetel qiroat, surah di Hp kita? Kalau diakhirat nanti ada pertanyaan
”mengapa kamu tidak hafal Al-Qur’an?” Dan kita jawab
”kami tidak sempat” maka ada pertanyaan selanjutnya.
”Bukankah kamu memiliki HP? Mengapa tidak menghafal one day one ayat? Dan menyetelnya diwaktu luangmu!
Wahai saudaraku, wahai saudariku dengan banyaknya fasilitas, harusnya ibadah kita makin meningkat kualitas ataupun dan kuatitasnya.
Mungkin bisa menjadi sebab mengapa fasilitas yang kita miliki tidak menambah, meningkatkan ibadah kita, kemungkinan besar, kita saat membelinya tidak meniatkan untuk apa membelinya.
Kebanyakan kita membeli karena suka merk, warna, tipenya atau sound dan fiturnya. Karena suka..bukan karena Allah. Kalau karena Allah, maka niatkan, membeli Hape canggih yang kameranya 5 mega pixel sehingga bisa dipakai dokumentasi pengajian, dipakai pula untuk sambung silaturahmi. Sekarang alat komunikasi begitu canggih tapi tidak sejalan dengan banyaknya silaturahmi yang dijalin. Aneh..sepertinya kita kurang bersyukur.

Comments

Popular Posts