Mukjizat Al Qur-an : Al Qur-an Bukan Gubahan Muhammad bin Abdullah

"Berbeda dengan Mukjizat dari nabi-nabi lain yang khusus dan berlaku bagi umatnya serta berlaku pada zamannya atau tidak dapat disaksikan oleh orang setelahnya maka, Al Qur-an merupakan kalam Allah dan menjadi mukjizat nabi yang terbesar bagi seluruh umat manusia dan dapat disaksikan/dibuktikan oleh orang setelah masa beliau"

Dari segi bahasa, Al Qur-an pun menunjukkan mukjizatnya. Ambil contoh Qur-an surat Al Ikhlas atau yang lebih pamor dsebut surat Qulhu ayat 1 yang berbunyi “Katakanlah Dia itu Satu”
Mari kita runut kisahnya secara singkat. Pada masa awal pertama kali Al Qur-an diturunkan, yaitu surat Al Alaq yang berbunyi “bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan (1), yang menciptakan manusia dari segumpal darah (2), bacalah dengan nama tuhanmu yang mulia (3), yang mengajarkan dengan pena (4), yang mengajarkan manusia apa yang mereka tidak ketahui (5)” Perhatikan, di ayat-ayat ini tidak disebut siapa dan bagaimana tuhan itu. Hal ini menjadi pertanyaan bagi kaum Quraish saat itu yang notabene nya membuat tuhan dari gandum, patung dan ada juga yang menyatakan tuhan memiliki istri, anak dan teman-teman. Maka ketika seorang berkuda ingin membunuh Nabi di padang pasir dan kemudian seseorang itu terjerembab beberapa kali ke dalam padang pasir maka ia bertanya kurang lebih “terbuat dari apakah tuhanmu itu (hai Muhammad)?” maka saat itu turunlah ayat surat Al Ikhlas yang berbunyi “Katakanlah Dia itu Satu” dst hingga ayat terakhir yang berbunyi “dan tidak ada yang setara dengan-Nya (walau) seseorang atau sesuatu apapun

Lalu apa yang janggal? perhatikanlah Katakanlah Dia itu Satu”  kata “katakanlah” mengisyaratkan ada yang menyuruh mengatakannya. Siapa? Sebelum kita menjawab siapa. Buatlah analogi ada dosen, ketua kelas dan teman-teman sekelasnya. Ketika sang dosen berkata “tolong sampaikan ke kelasmu, kuliah minggu depan diliburkan karena materi sudah selesai” maka kira-kira bagaimana ketua kelas menyampaikan ke teman-teman sekelasnya?
Ada beberapa kemungkinan, diantaranya:
1.       Dia berdiri di depan kelas dan berkata “Teman-teman, kata pak Joni, kuliah minggu depan diliburkan karena materi sudah selesai”
2.       Dia mengirim sms ke teman-teman dan menyampaikan “Guys, minggu depan ngga ada kuliah dari pak Joni, ayo kita hangout!”
3.       Atau dengan kata-kata lain “Woiii..minggu depan pak joni ngga masuk!”
Dan kemungkinan lainnya dengan tambahan atau pun pengurangan informasi dari sang ketua kelas plus ada kecenderungan ketua kelas melibatkan rasa emosionalnya berupa senang atau lain juga pergantian bahasa dan sebagainya.

Lalu, bandingkan dengan “Katakanlah Dia itu Satu”. Allah menyampaikan kepada Malaikat Jibril a.s “Katakanlah Dia itu Satu”. Malaikat Jibril a.s menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW “Katakanlah Dia itu Satu”. Dan sang Nabi menyampaikan kepada kita “Katakanlah Dia itu Satu” persis sama seperti yang disampaikan Allah SWT melalui Malaikat Jibril a.s! tidak ada tambahan ataupun pengurangan. Tidak ada juga melibatkan emosional.
Bayangkan! Cerita versi lengkap dari kisah orang yang berkuda yang terjerumus ke dalam padang pasir itu sebenarnya membawa pedang terhunus untuk membunuh Nabi. Sang Nabi kalau mau melibatkan emosi seperti rasa takut berhadapan dengan orang membawa pedang bisa saja berkata “Dia itu satu” tanpa menggunakan kata “Katakanlah” karena saking takutnya
Kejanggalan kata “Qul” yang berarti “Katakanlah” ini menunjukkan bahwa Qur-an itu bebas dari intervensi emosi sang Nabi. Juga menunjukkan kejujuran sang Nabi serta betapa benar bahwa Al Qur-an adalah firman dari sang Pencipta yang satu, tempat segala sesuatu bergantung, tidak beranak atau pun hasil peranakan dan tidak ada yang setara dengannya! Wallahu’alam

Tulisan ini terinspirasi dari penjelasan M. Quraish Shihab tentang Tafsir Q.S Al Ikhlas dalam ceramah Tafsir Al Misbah Metr* TV

Di tulis 20 Sept 2014 |7:53 am|Bogor

Comments

Popular Posts