DUA UJIAN KEHIDUPAN
KESENANGAN DAN KESUSAHAN
“maka adapun manusia, jika Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan
memberi kesenangan,
maka dia berkata, “Tuhan-ku telah memuliakanku”
Namun jika Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya,
maka dia berkata, “Tuhan-ku telah menghinaku”
Q.S Al Fajr (89):15-16
Manusia kebanyakan berpikir mulia itu adalah jika hidup mudah, yang
diingini tercukupi, yang direncana terlaksana sedangkan sial/celaka itu ketika
kena bencana, kekurangan harta dan jiwa, juga hilang yang dicinta.
Sekali-kali jangan begitu, sesungguhnya kesenangan (mudah, yang diingini tercukupi, dst)
dan kesusahan (bencana, kekurangan harta dan jiwa, dst) adalah UJIAN.
SUNGGUH, KITA MEMERLUKAN UJIAN! kita perlu diuji.
Perhatikan Per dan Busa, pada keduanya kita bisa belajar.
Busa ketika ditekan, diberi ujian, kesusahan maka sifatnya akan "melempem" tertekan. Busa "merasa" rendah diri, hilang potensi, 'melempem". Lalu perhatikan PER, ketika ditekan maka ia melejit lebih tinggi, ia unjuk potensi dan semakin kuat tekanan, maka semakin besar potensi itu muncul.
Busa ketika ditekan, diberi ujian, kesusahan maka sifatnya akan "melempem" tertekan. Busa "merasa" rendah diri, hilang potensi, 'melempem". Lalu perhatikan PER, ketika ditekan maka ia melejit lebih tinggi, ia unjuk potensi dan semakin kuat tekanan, maka semakin besar potensi itu muncul.
Dalam keadaan tenang dan senang, tidak terlihat siapa yang seperti Per dan siapa yang seperti Busa, suka
mengeluh atau tidak mengeluh. siapa yang berakhlak siapa yang tidak berakhlak.
Jika kita sering bersama teman-teman kita, apakah kita yakin dia teman
setia? dapat dipercaya? sebelum kita mengujinya?
Suatu
saat Allah beri kita kesusahan, kekurangan harta, jangan berpikir
kita sedang dihina. tetapi lihatlah, Allah ingin menunjukkan karakter
kita apakah seperti Per atau Busa dan Allah juga ingin menunjukkan
karakter orang
disekitar kita. masih kah setia? masihkah dapat dipercaya? apakah suka
mengeluh?
Dalam Sirah Nabawi, ketika kiblat dipindah dari baitul
maqdis ke ka'bah, itu pun adalah UJIAN dari Allah. Allah menunjukkan
sifat nabi bagaimana ia sabar menjalani cacian dari kaum musyrik dan
Allah juga menunjukkan siapa yang benar-benar mengikuti nabi dan siapa
yang munafik. Karena DULU waktu umat muslim berkiblat pada baitul
maqdis, maka orang-orang musyrik menyangka bahwa nabi mengikuti orang
musyrik.
Maknanya: jika kita diberi kesenangan lalu bersyukur, diberi susah lalu bersabar, maka...kita termasuk ORANG YANG BERIMAN. Tapi, jika diberi senang kita lupa, diberi sabar kita mengeluh, maka...tanya bagaimana keimanan kita.
Tidaklah kita dicipta, kecuali untuk diuji. Ini dalilnya:
·
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu ujian/cobaan sebagaimana halnya orang-orang yang
terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)” [Q.S 2: 214]
·
“Apakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan mengatakan: Kami
telah beriman, sedang mereka tidak diuji?” [Q.S 29:2-3]>>Apakah kita juga
membiarkan orang yang mengatakan cinta pada kita, lalu kita tidak menguji
benarkah cintanya? begitulah Allah menguji benarkah kita beriman padaNya...
·
Dan kami akan uji kalian dengan keburukan (kesusahan) dan kebaikan
(kesenangan) sebagai cubaan dan kepada Kamilah kamu akan kembali” [Q.S 21: 35]
·
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat [QS.76:1-2]
·
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku [QS.51:56] >diuji siapa yang taat beribadah atau siapa yang
malah sering durhaka..
·
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun [QS.67:2]
·
“Dan demikianlah telah Kami uji sebagian mereka (orang-orang yang
kaya) dengan sebagian mereka (orang-orang miskin)[Q.S 7:53 ]
HIKMAH DARI KESUSAHAN DAN KESENANGAN
Sebenarnya dibalik kesusahan itu,
·
Ada kemudahan-kemudahan
“sesungguhnya bersama kesusahan (ada) kemudahan-kemudahan”[Q.S
94:6]
·
Sebagai penghapus/kafarat dosa
“Tiada seorang mu’min yang rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang
penyaki t atau kesedihan (kesusahan) sampai duri yang menusuk (tubuhnya)
kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya”-- (HR. Bukhari).
“Ujian yang tiada henti-hentinya menimpa kaum mukmin baik lelaki atau
wanita yang mengenai diri, harta dan anak-anaknya, tetapi dia bersabar, dia
akan menemui Allah dalam keadaan tidak berdosa.”--(HR At Tirmidzi)
“Apabila dosa hamba Allah itu banyak dan ia tidak mempunyai amalan yang
menutupinya (kafarat-nya) niscaya dimasukkan kepadanya (hatinya) kedukacitaan.
Kedukacitaan itu sebagai kafarat (penghapus) dosa-dosa yang diperbuatnya”--(HR. Aisyah r.a)
“Diantara dosa-dosa itu ada dosa yang tidak terhapus selain oleh duka
cita/kesusahan” --(Hadits)
“Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada yang tidak bisa dihapus (ditebus)
dengan pahala shalat, sedekah atau haji namun hanya dapat ditebus dengan
kesusah-payahan dalam mencari nafkah”-- (HR. Ath-Thabrani)
·
Allah menghendaki kebaikan baginya>>>agar dia ingat, agar dia
mengadu dan menengadah pada Allah, agar dia lebih dekat dan kembali pada Allah
Barangsisapa dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka dia
(diuji) dengan suatu musibah. (HR. Bukhari).
“Pergilah kepada hamba-Ku. Lalu timpalah bermacam-macam ujian kepadanya
kerana Aku mahu mendengar suaranya” (H.R Thabrani)
Dan sebenarnya kesenangan itu,
·
Haruslah hati-hati
"Sebenarnya,
hendaklah kamu tahu tentang nikmat-nikmat Allah yang telah dikurniakan kepada
makhluk-makhlukNya. Pemberian nikmat Allah kepada hambaNya yang setia
(yang dikasihiNya) ialah pemberian yang diredhaiNya, tetapi pemberian nikmat Allah kepada
manusia yang melakukan maksiat dan kejahatan adalah pemberian yang tidak
diredhaiNya. Inilah yang dinamakan ISTIDRAJ."(Ustaz Yazid Jaafar)
Istidraj: kita diberi kesenangan hingga kita lupa dan saat kita lupa itu
kemudian dengan tiba-tiba dicabut.......terasalah sakit dan penyesalannya.
Lihatlah kesenangan yang kita punya saat ini, apakah ia menambah syukur
dan sabar kita? atau kesenangan itu melupakan diri kita pada Nya?
·
Kesenangan di dunia hanya
sebentar
“...Kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk
orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan di aniaya sedikitpun...” [Q.S 4:
77]
"Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah
permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan
dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu "
[QS. 57: 20]
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan
manusia cinta terhadap apa yg diinginkan, berupa perempuan2, anak2, harta benda
yg bertumpuk dlm bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yg baik”
[Q.S 3: 14]
·
Kesenangan itu jangan membuat diri melupakan Allah
“Wahai orang-orang yg beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka
mereka itulah orang-orang yg merugi”
[Q.S 63 :9)
Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu,
istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yg kamu usahakan, perdagangan yg kamu
khawatirkan kerugiannya, dan rumah2 tempat tinggal yg kamu sukai, lebih kamu
cintai daripada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalanNya, maka tunggulah
sampai Allah memberikan keputusanNya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang fasik.
[Q.S 9: 24]
·
Gunakanlah untuk beribadah padanya
“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia
meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu”
[Q.S 6: 165]
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan
baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik
amalannya”
[Q.S 18: 7]
·
Syukurilah dengan sebenarnya rasa syukur
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih.”
[Q.S 14: 7]
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah
(datangnya). Dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nya-lah
kamu meminta pertolongan.”
[Q.S 16: 53]
·
Zuhudlah terhadap kesenangan itu
Zuhud: “Zuhud terhadap dunia itu bukanlah mengharamkannya, bukan pula
membuangnya. Tapi zuhud terhadap dunia berarti kamu yakin dan percaya kepada
apa yang ada dalam Genggaman Allah daripada apa yang ada dalam genggamanmu.
Juga menyimpan keadaan dan sikap yang sama, baik ketika engkau mendapat musibah
atau tidak, baik ketika ada orang yang memuji atau mencelamu.”
Atau seperti do’a sahabat Abu Bakar Ashshiddiq: "Yaa Allah letakkan
dunia ditanganku, jangan kau letakkan dunia dihatiku"
Ali RadhiyAllahu ‘anhu berkata, “Barang siapa zuhud terhadap dunia maka
akan terasa ringanlah segala musibah yang menimpa.” Karena ia merasa, dunia
atau kesenangan di dalamnya bukan ia yang punya.
Comments
Post a Comment